Pengertian Bullying

bullying di sekolah, image

Kata bullying sulit dicarikan padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Selama ini banyak yang mengartikan bullying sebagai kekerasan, penindasan, atau intimidasi. Ketiga padanan kata tersebut tidak menunjukkan pengertian bullying yang sebenarnya, tetapi lebih mengacu pada contoh-contoh kasus bullying yang terjadi dan terekspos. Padahal sesungguhnya ketiga contoh kasus tersebut hanya “puncak gunung es”, banyak kasus-kasus bullying yang tidak terekspos karena biasanya bullying dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dan korban bullying memposisikan dirinya sebagai pihak yang lemah, sehingga takut mengungkapkan apa yang dialaminya.

Bullying merupakan suatu bentuk perilaku agresif yang diwujudkan dengan perlakuan secara tidak sopan dan penggunaan kekerasan atau paksaan untuk mempengaruhi orang lain, yang dilakukan secara berulang atau berpotensi untuk terulang, dan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan dan/atau kekuasaan. Perilaku ini dapat mencakup pelecehan verbal, kekerasan fisik atau pemaksaan, dan dapat diarahkan berulangkali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan.

Bullying dapat terjadi dalam setiap konteks dimana manusia berinteraksi satu sama lain, seperti: sekolah, keluarga, tempat kerja, rumah, dan lingkungan. Bullying berkisar dari yang sederhana, yang dilakukan orang per orang. Atau yang lebih kompleks, yang dilakukan oleh kelompok, seperti antara kelompok sosial atau kelas sosial, sebagai akibat dari ketidakseimbangan kekuatan sosial. Dan bahkan antar Negara karena adanya ketidakseimbangan kekuatan dan/atau kekuasaan.

Bullying terjadi bukan karena kemarahan, atau karena adanya konflik yang harus diselesaikan. Bullying lebih pada perasaan superior, sehingga seseorang merasa memiliki hak untuk menyakiti, menghina, atau mengendalikan orang lain yang dianggap lemah, rendah, tidak berharga, dan tidak layak untuk mendapatkan rasa hormat. Bullying merupakan perilaku intoleransi terhadap perbedaan dan kebebasan.

Beberapa bully (pelaku bullying) melakukannya karena tidak mengerti apa yang mereka lakukan adalah salah. Dan berhenti ketika mengetahui bahwa tindakannya merugikan orang lain. Beberapa yang lain melakukannya dengan segaja karena terinspirasi dan meniru apa yang mereka lihat di rumah, jalanan, atau tayangan TV/film. Kelompok yang kedua inilah yang berbahaya, karena mereka merasa dengan perilaku agresif (bullying) mereka akan mendapatkan apa yang mereka inginkan, materi, status sosial, atau kekuasaan. Ini biasa terjadi pada anak-anak atau remaja usia sekolah.

Masalah merupakan ujian peningkatan kualitas diri

Setiap orang pasti menginginkan kehidupan yang ideal, penuh dengan kebahagiaan. Namun, kehidupan tidak selamanya berjalan baik dan seideal yang anda inginkan. Terkadang kebahagiaan datang menghampiri dan melambungkan kehidupan anda ke tingkat yang tinggi. Namun, pada saat yang berlainan masalah datang dan melemparkan anda ke titik rendah.

Masalah ibarat perasa dalam kehidupan. Jika anda selalu mendapatkan kehidupan yang membahagiakan, kehidupan akan terasa hambar, monoton. Masalah menjadikan kehidupan akan terasa semakin dinamis, karena ada banyak tantangan yang harus dilewati. Menjadikan kehidupan anda lebih bergairah dan menyenangkan. Lalu, bagaimana menyikapi dinamika kehidupan ini.

Berjiwa besar

Orang-orang yang berjiwa besar tidak akan mudah terpuruk karena masalah yang menimpanya. Mereka selalu melihat masalah dari sudut pandang yang positif. Masalah dipandang sebagai suatu ujian untuk meningkatkan diri yang sengaja dikirimkan oleh Tuhan. Kebesaran jiwa yang dimilikinya menjadikan masalah yang datang, sebesar apapun itu, tampak kecil dan selalu bisa diselesaikan. Maka, tidaklah mengherankan jika anda sering menemui orang-orang yang selalu tampak bahagia, meski seharusnya mereka bersedih karena terlibat masalah.

Sebaliknya, bagi orang-orang yang berjiwa kecil dan kerdil, masalah adalah sebuah beban. Masalah yang seharusnya sederhana dipandang sebagai masalah besar, atau cenderung dibesar-besarkan. Dan akhirnya terpuruk dan meratapi nasib mereka. Masalah bukan lagi dipandang sebagai suatu ujian untuk meningkatkan diri, melainkan sesuatu yang menghancurkan hidup mereka. Dan akhirnya, mengutuki Tuhan menjadi jalan yang seringkali dipilih.

Sebuah gelas berisi air putih langsung terasa asin ketika satu sendok garam anda tuangkan didalamnya. Namun, jika garam itu anda tuangkan pada ember penuh, bak mandi, atau di sungai. Garam itu tidak akan pernah mampu mengubah rasanya. Begitulah perumpamaan kebesaran jiwa kita dalam menerima masalah.

Fight or flight ?

Jika kehidupan ini diibaratkan sebagai proses pembelajaran, maka pastilah ada evaluasi (ujian) sesuai dengan yang diajarkan. Begitu juga dengan Tuhan. Untuk meningkatkan kualitas kehidupan anda, Tuhan mendatangkan masalah. Dan pastinya, masalah-masalah yang anda terima tidak akan melebihi kemampuan anda untuk menyelesaikannya. Anda akan dinilai berdasarkan kesungguhan anda mengerjakan ujian, jika lulus, tentu anda akan naik tingkat, artinya anda akan menjadi orang yang lebih kuat dari sebelumnya.

Ketika masalah mendatangi anda, ada dua pilihan “fight or flight”. Seringkali, saat pertama masalah itu datang pada seseorang, dia sudah berkecil hati. Ibarat seorang prajurit, dia sudah kalah sebelum berperang, lebih memilih membiarkannya daripada melawannya. Akibatnya, dia akan mendapatkan tumpukan masalah yang membebani hidupnya.

Jangan berasumsi bahwa masalah yang anda hadapi sangat berat dan tidak bisa diselesaikan. Akhirnya, anda akan membiarkannya berlalu begitu saja, tanpa ada usaha untuk menyelesaikannya. Pada kondisi ini, masalah tidak akan memberi dampak apapun pada peningkatan kualitas diri anda, karena nilai dibalik datangnya masalah tidak anda dapatkan. Percayalah! Tuhan pasti memiliki tujuan yang tersembunyi pada setiap masalah yang anda hadapi. Jika anda mengendapkannya, anda tidak akan pernah tahu tujuan itu, sebaliknya, jika anda ingin mengetahuinya, anda harus berusaha menyelesaikan masalah tersebut.
 
@ 2012 Guru BK | Tempat Belajar Guru Bimbingan dan Konseling